Sabtu, 20 Desember 2014

Ternyata Aku lah Sang Penghianat


21 desember 2014
At 10.00 di fakultas ekonomi UNY (alone)

Ada suatu kisah seorang pemuda kecil dengan tubuh kecilnya badannya tidak terlalu tinggi kondisinya kurus namun ada keunggulan dari fisiknya yaitu hidungnya yang mancung seperti ikan cucut sehingga suatu kala dia dijuluki pinokio oleh seorang wanita yang sama sekali dia tidak mengenalnya satu sama lain.

Awal cerita sang pemuda remaja ini yang bisa kita sebut saja “piki” memiliki kehidupan yang penuh action dalam kesehariannya bersama kawan2 nya. Saat itu dia selalu bertualang setelah menuntut ilmunya di suatu gedung yang saat itu disebut dengan nama “sekolah”. Hobi nya melihat lautan ataupun langitan alias awan yang putih dihiasi dengan birunya langit(kebalik mang). Saat bertualang pasti dia pergi ke suatu batu yang besar dan duduk didepannya untuk menikmati luasnya biru laut dan sepoinya udara yang menyelimuti tubuhnya. Terkadang dia sendiri ataupun bersama sama sahabatnya. Ataupun ketika sang pemuda ini tidak berpetualang pastinya dia pulang dengan sendiri nya, tanpa petualangan dan hanya beres2 rumah dari t4 tinggalnya bersama keluarganya. Namun tentunya di tengah perjalanan dia duduk disuatu tangga yang di apit oleh 2 rumah. Tepat di depan matanya terbentang samudra awan dan sebuah pohon yang berdiri agak jauh dari t4 duduknya. Dia selalu gk pernah absen untuk menikmati pemandangan tersebut. Setiap sepulngnya tanpa petualangan sebagai gantinya dia melihat langit2 dunia.

Sang pemuda ini bukanlah tipe bersosialisasi yang baik, sejak kecil dia tidak terlalu suka dengan namanya berorganisasi. Namun dia sang pemuda ini menaruh rasa iri terhadap hidup mereka mereka kawannya yang sepertinya seru becanda dengan kawan2nya seru dan penuh aspirasi masukan dari kawan organisasinya.

Dia sang pemuda yang telah menghianati hidupnya untuk melkukan kesendirian bukan untuk bersama yang lain menyesal dalam kesendirian. Dia berharap bisa seperti mereka dan melakukan aksi penuh cerita. Sang pemuda oh sang pemuda yang malang. Kesendirian mencekiknya hingga tak bisa menampung penuh rasa tersebut di dadanya. Serasa dadanya seperti ingin meledak. Ingin berteriak dengan penuh kecewa di wajahnya dia berlari dengan sepedanya untuk menghilangkan sesak di dadanya yang semakin cepat semkin cepat jantungnya berdebar.

Hanya 1 obatnya sang pemuda, yaitu mengoceh apa saja kepada 1 atau 2 orang yang ada disampingnya, tentunya yang dia kenal bukan orang asing yang sang pemuda sendiri malu untuk berkenalan dengannya. Dengan adanya orang itu dia akan ngomel apa saja yang pernah dia baca dari buku2 bacaannya. Namun hal itu bukanlah kegiatan rutinnya. Hal itu jarang terjadi.

Sang pemuda oh sang pemuda !!


Sekian 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar