21 desember 2014
At 10.00 di fakultas ekonomi UNY (alone)
Ada suatu kisah seorang pemuda kecil dengan tubuh kecilnya
badannya tidak terlalu tinggi kondisinya kurus namun ada keunggulan dari
fisiknya yaitu hidungnya yang mancung seperti ikan cucut sehingga suatu kala
dia dijuluki pinokio oleh seorang wanita yang sama sekali dia tidak mengenalnya
satu sama lain.
Awal cerita sang pemuda remaja ini yang bisa kita sebut saja
“piki” memiliki kehidupan yang penuh action dalam kesehariannya bersama kawan2
nya. Saat itu dia selalu bertualang setelah menuntut ilmunya di suatu gedung
yang saat itu disebut dengan nama “sekolah”. Hobi nya melihat lautan ataupun
langitan alias awan yang putih dihiasi dengan birunya langit(kebalik mang). Saat
bertualang pasti dia pergi ke suatu batu yang besar dan duduk didepannya untuk
menikmati luasnya biru laut dan sepoinya udara yang menyelimuti tubuhnya. Terkadang
dia sendiri ataupun bersama sama sahabatnya. Ataupun ketika sang pemuda ini
tidak berpetualang pastinya dia pulang dengan sendiri nya, tanpa petualangan
dan hanya beres2 rumah dari t4 tinggalnya bersama keluarganya. Namun tentunya
di tengah perjalanan dia duduk disuatu tangga yang di apit oleh 2 rumah. Tepat di
depan matanya terbentang samudra awan dan sebuah pohon yang berdiri agak jauh
dari t4 duduknya. Dia selalu gk pernah absen untuk menikmati pemandangan
tersebut. Setiap sepulngnya tanpa petualangan sebagai gantinya dia melihat
langit2 dunia.
Sang pemuda ini bukanlah tipe bersosialisasi yang baik,
sejak kecil dia tidak terlalu suka dengan namanya berorganisasi. Namun dia sang
pemuda ini menaruh rasa iri terhadap hidup mereka mereka kawannya yang
sepertinya seru becanda dengan kawan2nya seru dan penuh aspirasi masukan dari
kawan organisasinya.
Dia sang pemuda yang telah menghianati hidupnya untuk
melkukan kesendirian bukan untuk bersama yang lain menyesal dalam kesendirian.
Dia berharap bisa seperti mereka dan melakukan aksi penuh cerita. Sang pemuda
oh sang pemuda yang malang. Kesendirian mencekiknya hingga tak bisa menampung
penuh rasa tersebut di dadanya. Serasa dadanya seperti ingin meledak. Ingin berteriak
dengan penuh kecewa di wajahnya dia berlari dengan sepedanya untuk menghilangkan
sesak di dadanya yang semakin cepat semkin cepat jantungnya berdebar.
Hanya 1 obatnya sang pemuda, yaitu mengoceh apa saja kepada
1 atau 2 orang yang ada disampingnya, tentunya yang dia kenal bukan orang asing
yang sang pemuda sendiri malu untuk berkenalan dengannya. Dengan adanya orang
itu dia akan ngomel apa saja yang pernah dia baca dari buku2 bacaannya. Namun hal
itu bukanlah kegiatan rutinnya. Hal itu jarang terjadi.
Sang pemuda oh sang pemuda !!
Sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar